Konservasi tumbuhan untuk kehidupan

Konservasi tumbuhan untuk kehidupan

Kamis, 25 Februari 2010

Konservasi Gyrinops versteegii Secara In Vitro

RINGKASAN PENELITIAN

Kajian Penggunaan Hormon IBA, BAP dan kinetin terhadap Pertumbuhan Tanaman Penghasil Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) secara In Vitro. Oleh : Oki Hidayat Dibimbing oleh Edhi Sandra dan Wa Ode Hamsinah Bolu*

Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bernilai ekonomi tinggi. Saat ini permintaan gaharu sebagian besar masih bergantung pada produksi dari hutan alam. Permintaan yang tinggi yang diikuti dengan tingginya perburuan gaharu di hutan alam menyebabkan populasi tanaman penghasil gaharu merosot tajam. Untuk mengatur kuota produksi gaharu Pemerintah melalui Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 menetapkan peraturan bagi eksportir Gaharu yang mewajibkan mereka memiliki surat izin CITES. Perlindungan terhadap beberapa jenis tanaman penghasil gaharu semakin ditingkatkan, Aquilaria spp. dan Gyrinops spp. termasuk Appendix II CITES pada tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi hormon auksin (IBA) dan sitokinin (BAP dan kinetin) yang terbaik pada media dasar Murashige dan Skoog terhadap multiplikasi tunas eksplan tanaman penghasil gaharu Gyrinops versteegii secara in vitro. Bahan tanaman yang digunakan adalah pucuk eksplan steril G. versteegii. Eksplan ditumbuhkan pada media MS dengan penambahan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IBA (konsentrasi 0.00, 0.05, 0.10 mg/l), BAP (konsentrasi 0.00, 0.10, 0.20 mg/l) dan kinetin (konsentrasi 0.00, 0.20, 0.40 mg/l). Penelitian ini disusun menggunakan metode statistika RAL Faktorial dengan jumlah 17 perlakuan dan ulangan sebanyak 6 kali. Pengamatan dilakukan selama 8 MST (minggu setelah tanam) terhadap seluruh eksplan yang ditanam meliputi parameter rata-rata pertambahan tinggi, jumlah ruas, jumlah tunas, jumlah daun, persentase tingkat kematian, proses pengkalusan, pencoklatan dan kontaminasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak pada kombinasi BAP + IBA dihasilkan pada perlakuan BAP 0.10 mg/l (22.83 helai), sedangkan pada kombinasi BAP + kinetin rata-rata jumlah daun terbanyak dihasilkan pada perlakuan BAP 0.10 mg/l + kinetin 0.20 mg/l (30.00 helai). Multiplikasi tunas pada perlakuan BAP + IBA bekerja optimal pada 4 MST, dengan jumlah 7.00 tunas pada akhir pengamatan yang dihasilkan oleh perlakuan BAP 0.10 mg/l + IBA 0.05 mg/l. Multiplikasi tunas tertinggi dihasilkan oleh kombinasi BAP + kinetin pada perlakuan BAP 0.10 mg/l + kinetin 0.40 mg/l dan BAP 0.20 mg/l dengan jumlah 9.17 tunas. Persentase jumlah eksplan yang membentuk kalus sebesar 88,24% (90 dari 102 eksplan).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh kombinasi IBA (konsentrasi 0.00, 0.05, 0.10 mg/l) dengan BAP (konsentrasi 0.00, 0.10, 0.20 mg/l) dan IBA (konsentrasi 0.00, 0.05, 0.10 mg/l) dengan kinetin (konsentrasi 0.00, 0.20, 0.40 mg/l) memberikan respon yang sangat nyata terhadap parameter jumlah tunas dan jumlah daun. Sedangkan pada parameter tinggi planlet dan jumlah ruas memberikan respon nyata dan tidak berbeda nyata.
Kata kunci : Gyrinops versteegii, in vitro, multiplikasi, auksin, sitokinin.

* Oki Hidayat (Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB)
Edhi Sandra (Staf Pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB}
Wa Ode Hamsinah Bolu (Peneliti BPPT)

Tidak ada komentar: